2 jam paling mengerikan dalam hidup aku

Senin, Oktober 24, 2022
Hey dears.. Siapapun yang sekarang sedang membaca blogku.. jangan berhenti, tolong baca ini sampai selesai, semoga menjadi pelajaran untuk tidak bodoh seperti aku..

Dulu, saat aku melihat berita kekerasan dalam rumah tangga, disiksa pacar, sering dibentak dengan suara keras, aku pikir kenapa mereka bodoh sekali untuk tidak melawan? kalian punya tenaga kan? punya kekuatan untuk melakukan itu, kenapa diam?
Kalian akan tau saat ternyata kalian kemudian ada di posisi yang sama.

Hari itu, malam itu, aku sedang dalam kondisi mood yang sangat berantakan. Sampai kemudian aku melakukan kesalahan bodoh untuk minta "dia" menemani aku. Aku bilang di chat "aku sesak nafas, aku butuh keluar, tolong bantu aku".
Dan dia selama ini melakukannya, biasanya kita hanya keluar dan cerita cerita, hal hal bodoh yang menyenangkan, dan kemudian aku akan baik baik saja. 

Tapi hari itu dia menjadi pribadi yang berbeda. Selama dua jam perjalanan, "aku dihakimi". Dia mengungkapkan semua tentang yang dia ga suka, dia bilang dia udah mendam lama. Semua keburukanku dibeberkan dengan bahasa kasar dan suara yang keras. Berkali kali aku memohon untuk tidak kasar, untuk tidak jahat, untuk tidak keras. Namun dia acuhkan. 

Dia mungkin saat itu untuk berusaha tidak memukulku. Dia hentikan mobil dan keluar dari mobil. Harusnya saat itu aku pergi, namun aku hanya bisa "ngefreeze". Membatu. Setiap kata demi kata dari mulutnya menjadi sangat menyakitkan, dan aku hanya bisa diam. Beberapa kali aku mencoba menjawab, dan yang aku dengar darinya cuma "DIAM", dan dia sampai memukul setir mobil. 

Laki laki ini, bukan pasanganku. Dia laki laki yang aku cintai, laki laki baik yang selalu ada. DULU. Aku si bodoh yang mencintai tanpa berbalas, namun masih selalu menggantungkan harapan pada dirinya. Dia menyebutkan dengan sangat jelas kalimat itu. "Seharusnya ga perlu nyatain". 
Aku menyatakan dulu, karena aku harus ada alasan untuk pergi, untuk menyembuhkan luka.
Kemudian aku balik bertanya "Kenapa harus datang lagi, saat aku bisa pergi?". Enteng sekali dia menjawab "tidak ada alasan". 
Selanjutnya yang aku ingat hanya percakapan hal hal jelek tentang aku, tanpa bisa aku membela diri. Aku bahkan tidak punya kekuatan untuk itu.
Yang aku tau saat itu aku cuma memohon untuk "tidak jahat dan suaranya jangan keras".

Sampai akhirnya aku bilang pulang. 10 km perjalanan pulang aku hanya diam, menoleh ke kiri untuk tidak melihat wajahnya. Suaranya melembut. Namun dipikiranku, aku berada di neraka. 
Saat sampai, aku keluar, menutup pintu, dan jujur saja, aku kaget saat pintu itu terasa kaya dibanting, padahal aku tidak sengaja untuk itu. Dan dia kembali berteriak "Retak kaca mobil ini". 
Aku bilang aku ga banting. Kembali dia berteriak "Iya aku bodoh sampe ga bisa bedain". Aku bilang ya udah aku ganti. 

Sampai aja di rumah, aku cuma bisa nangis, dan dia datang mengembalikan kunci mobil ke iparku. Saat iparku bertanya, kaca mobilnya retak? Dia bisa dengan manis dan cengengesan bilang "ngga kok, becanda aja tadi". Aku cuma melongo. Kenapa ada orang kaya gini, yang jelas jelas dia teriak dengan suara kerasnya dengan muka marahnya namun bisa senyum manis bilang itu bercanda. Ini bukan manusia sih yang aku hadapin. 

Aku lemes selemes2nya. Aku ga pernah dikasarin selama ini. Semua yang ada di sekelilingku berkata baik, tidak pernah dibentak, apalagi diteriakin. Kalian bisa bayangin 2 jam di dalam mobil, bukan ketenangan yang aku dapat, tapi hinaan demi hinaan. Bayangan suara kerasnya selalu mengusik pikiranku yang kemudian membuat aku "lupa bernafas". Aku ingat dengan jelas aku pingsan. Pikiranku berkata "Ayo ga bangun". Namun mataku tidak bisa membuka dan aku sulit bernafas. 
Sampai kemudian aku dibantu kakakku untuk pelan pelan bernafas. 

Besoknya aku fikir aku sudah baik baik saja. Namun nyatanya keadaan tidak berubah, aku kembali "lupa bernafas". Kali ini bahkan lebih lama. 
Selama dua hari ini aku istirahat total di rumah memikirkan semua tentang hidupku. 

Kenapa aku jadi begini?
Well, aku harus sayang diriku. Harus peduli sama diriku. Bergantung hanya pada diriku. 
Kejadian ini tidak akan aku lupa. Jauh dari hidupnya harus aku lakukan, bahkan harusnya dari 5 tahun yang lalu. 
Ayo Ega. Tuhanmu ada. Mengadu saja. Sembuhkan luka. 

1 komentar:

  1. Terus bagaimana, apakah masih jadian sama dia?

    Semoga sekarang keadaan kak Ega sudah membaik.

    BalasHapus

makasi udah baca ceritanya kak ega.. please give ur comment and let me know who you are.. sekali lagi makasi kawan :)