Bertahan, Ada AKU

Rabu, September 08, 2021
Bicara perihal kehilangan, aku telah ditinggalkan dua sosok terhebat dalam hidupku, sampai aku merasa aku tak takut lagi mengalami kehilangan, karena dua sosok ini pergi dari aku adalah hari paling kelam dalam hidupku. 


Diumurku 24 tahun, Bapak, lelaki hebatku, laki laki pertama yang aku cintai, pergi meninggalkan aku, 31 Desember 2007, membuat aku tak lagi peduli tentang perayaan tahun baru sejak saat itu.. 
2007 sudah cukup lama berlalu, tapi mengingatnya masih saja menimbulkan kerinduan yang luar biasa. Kadang aku malu kalau aku masih menangis saat mengingatnya. Apa aku secengeng itu? Apa aku terlalu sentimentil menghadapi kehilangan?



Tapi, beberapa hari yang lalu, aku melihat Podcast Deddy Corbuzier dengan Desta, berbicara tentang orangtuanya, dan dia masih menangis mengingatnya. Bahkan Bapaknya pergi ditahun 1997. 
Well, ternyata sedihku masih sangat wajar. 
Ingatan bahagia bersama Bapak membuat semuanya masih layak dikenang. 

Yang aku ingat, Bapak adalah sosok yang aku ingin dia bangga tentang aku. Semuanya adalah tentang pembuktian. 
Laki laki hebat ini membuat aku menjadi sosok yang menginginkan kesempurnaan disetiap pencapaianku. 
Aku tak bisa mengingat kapan Bapak memujiku cantik. Yang aku ingat Bapak selalu bilang "Kakak pintar". Aku bahkan masih mengingat jelas Bapak selalu memintaku untuk makan ikan karena katanya kalau makan Ikan buat aku makin pintar apalagi sampai makan kepalanya. Yah, sampai sekarang aku kalo makan ikan pasti sampai ke kepalanya. 

Aku bahkan berusaha selalu membuktikan kepada Bapak kalau aku pintar dengan aku selalu juara mulai dari SD, SMP, SMA bahkan aku masuk perguruan tinggi negeri tanpa test. 
Bapak adalah sosok ekspresif dalam mengungkapkan kebahagiaan, kebanggaannya padaku. Aku ingat sekali hari itu kelas 2 SMP saat aku menang lomba pidato, Bapak dengan bangga memelukku didepan banyak orang sambil mengusap kepalaku dan mencium keningku. 

Bapak dengan bangga bercerita kepada orang orang anaknya diterima di perguruan tinggi negeri. Aku suka saat berada di dekat Bapak saat bersama teman temannya. Bapak tak sungkan bercerita tentang aku didepan mereka. 

Yang aku ingat aku selalu ingin jadi anak kesayangannya, anak yang pintar. Kata Mamaku, sifatku banyak mirip Bapak, berani mengambil keputusan, perfeksionis, pintar ngomong, dan ekspresif. Yah, aku anak Bapak. Setidaknya itu yang selalu tertanam sampai dengan usiaku 24 Tahun. 

Kemudian, aku dikagetkan saat Bapak pergi. Aku fikir aku adalah sosok yang paling berduka. Tapi aku lupa, ada sosok belahan jiwanya yang sangat sakit saat Bapak pergi. Sosok yang "sedikit" terlupakan dalam mengejar mimpiku. Mama adalah orang yang paling hancur saat itu. Aku tersadar selama ini dalam usahaku untuk pembuktian kepada Bapak, sosok Mama adalah yang paling menemani dan membantuku, Mama sangat tau bagaimana gigihnya aku berusaha dan berusaha. 



Dengan Mama, aku tak perlu membuktikan apapun. Hari hari tanpa Bapak bersama Mama kemudian adalah hari hari dimana aku belajar bertahan. Bersama Mama aku diajarkan untuk bernafas lebih benar, untuk melihat hal hal kecil yang bisa menjadi kebahagiaan. Aku juga belajar untuk mengurangi ambisiku, lebih peka melihat sekelilingku. 

Mama itu yang selalu membawa aku lebih dekat pada sesuatu yang lebih berkuasa atas semuanya. Mama meyakinkan aku selalu percaya akan hebatnya kuasa Allah. 
"Kak, minta saja sama Allah". 
Aku banyak berdiskusi tentang Allah, tentang Islam. Wanita ini hebat sekali. 

Hebatnya Mama itu ya, aku rasa bagi semua anak sama. Saat kita terpuruk, sedih, melihat wajah Mama bisa jadi kekuatan baru untuk bisa ngelewatin semua.
Aku hanya dikasi Allah 13 tahun benar benar bersama Mama setelah Bapak pergi. Dua tahun terakhir sosok pahlawan ini sering sakit. Aku lebih banyak berperan sebagai anak yang kemudian mengatur hidupnya. "Ma, ga boleh makan ini, ga boleh kemana mana nanti capek". 

Mama, sosok yang tak pernah menghakimi. Aku tau tak mudah menjadi dirinya memiliki anak perempuan umur 37 Tahun namun belum menikah. Tapi kalian tau? sekalipun dia tak pernah memaksa, menyalahkan atau berusaha untuk mencarikan, apalagi sampai memintaku untuk mencari pendamping. Aku pernah bertanya soal itu padanya. 
Mama bilang "Kakak, kita serahkan saja sama Allah, Kakak saat ini bahagiakan? Itu udah cukup buat Mama". 

Bohong kalau dia tak ingin aku menikah. Tapi bisa sekali dia menyembunyikan sedihnya. Mama, hatinya terbuat dari apa coba...

Dan 2020 hit me to the bottom.. Surga aku pergi, dalam tidurnya. Aku tak melihatnya merintih sakit, dia pergi dengan tenang sekali. 

Aku fikir aku akan hancur tanpa Mama disisiku. Tapi Mama mewariskan hal yang paling luar biasa. Iman.
Itu yang kemudian menjadi kekuatanku. Allah ada sama aku. Maka aku tak kurang apapun. Masalah, kehilangan kehilangan berikutnya, membuat aku makin tak bisa dan tak akan pernah mau lepas dari Allah. Mama mengajarkan aku semakin aku berserah, semakin satu satu permasalahanku akan dibantu Allah. Sehebat itu Allah dimata Mama dan kemudian juga dimataku. 

Mama, Bapak, jadi anak yatim piatu itu ga ada enaknya sama sekali kan. Tapi kakak ga sedih lagi kok. Karena kakak yakin doa yang kakak panjatkan sama Allah itu sampai. Dan itu kita komunikasi kan jadinya. Jadi kaka ga ngerasa sendiri. Ada Allah. Kalau rindu tinggal bilang sama Allah, doa sama Allah. Udah paling lega udah. 

Mama, Bapak. Kakak bahagia. Terima kasih udah menjadikan kakak sampai sekarang seperti ini. Terima kasih mencukupkan kakak dengan cinta yang luar biasa, seberuntung itu kakak. Mama Bapak, Rindu ini tak akan pernah hilang, hanya saja sudah dalam bentuk Doa. 

Allah, ada buat aku terus ya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

makasi udah baca ceritanya kak ega.. please give ur comment and let me know who you are.. sekali lagi makasi kawan :)