Patah hati terbesar - 21 Juni 2024

Sabtu, Juni 22, 2024

Bagaimana ini Tuhan, aku kehilangan riuhnya suara anak anakku, mereka yang selalu dengan lantang memanggilku ibuuuuuuu. 
Mereka yang tak segan segan bilang "Sayaaaang bu Mega" saat aku mengabulkan ingin mereka. 
Bagaimana ini Tuhan, aku kehilangan suara pianika, suara derap langkah latihan drumband mereka, teriakan dan pelukan mereka kala mereka memenangkan pertandingan dengan hadiah yang tak seberapa itu..
Bagaimana ini Tuhan, aku kehilangan alasan untuk melihat pertandingan futsal dan basket karena mereka tak lagi membawa nama Pemba di dada dan pundak mereka. 

Tuhan, ini sakit, terlalu sakit. 
Ini kehilangan luar biasa. Aku bukan seorang ibu. Tapi aku dipaksa kehilangan 47 anak yang kuhapal semua namanya. 
 
Kalau ini mimpi, kenapa lama sekali aku bangunnya?
Tapi kalau ini nyata, kenapa Tuhan percayakan aku yang harus melewati ini Tuhan. 
Jaga mereka Tuhan, tolong, mereka harus bahagia, harus Tuhan. 

Bagaimana ini Tuhan, aku kehilangan mereka yang kusebut keluargaku.
Bagaimana ini Tuhan, aku kehilangan alasan untuk membuatkan mereka sarapan. Sungguh Tuhan, kumpul sederhana dengan makan sederhana dan riuh tawa ternyata semembahagiakan itu.
Bagaimana ini Tuhan, aku tak lagi bisa duduk bersama di lapangan untuk melihat anak anak latihan, aku merindukan waktu duduk bersama yang ternyata menyembuhkan dikala diri ini lelah sekali. 
Bagaimana ini Tuhan, aku merindukan waktu kumpul bersama, yang bahkan hanya dengan tatapan mata, kami sudah saling mengerti. 

Mereka keluargaku. Lalu tangan ini tidak bisa lagi menyentuh setiap hari?
Mereka keluargaku. Lalu wajah wajah ini tidak lagi bisa aku liat tiap hari?
Mereka keluargaku. Lalu kapan aku bisa memeluk mereka lagi?

Tuhan, kalau saksiku bisa membuat mereka lebih baik, maka aku bersaksi mereka orang orang baik, bolehkah aku egois sekali lagi aku memintaMu untuk jaga mereka saat aku tak lagi bisa menjaga mereka?

Tapi Tuhan, sakitnya malam ini, sesaknya dada ini, masih bisakah aku bilang bahwa Kami yang Kau percayakan sebagai pengabdi pendidikan cukup berhasil?
Aku melihat wajah wajah yang dulu aku didik, malam ini hadir untuk memberi semangat, memberi kekuatan. 
Sayang dan cinta kami tersampaikan bukan?

Saat aku dipercaya untuk memimpin, yang aku ingin ciptakan adalah "Rumah Kedua". Karena tak semua rumah punya rasa sama. 
Aku hanya ingin mereka ke sekolah dengan perasaan tenang, mereka tidak takut karena mereka datang kerumah keduanya. 
Mereka bertemu keluarga keduanya. 

Tapi lagi lagi rumah kedua mereka aku tak bisa jaga. Maka, entah kapan, entah halusinasi, entah angan, entah mimpi, suatu saat izinkan aku untuk ketemu lagi dan merasakan rasa yang hari ini aku punya, mungkin sederhana, mungkin sedikit saja, kami bisa sama sama lagi dengan Reuni Kecil Pemba. 

Sampai saatnya tiba, jagalah anak anakku yang kulepaskan hari ini, jagalah rekan rekanku yang kepeluk erat hari ini, jaga lah anak anakku yang telah lama meninggalkan pemba dengan embel embel alumni, jagalah mereka semua Tuhan. 

Pemba, thank you for everything ya.
ah ternyata bukan mimpi.
Mari melangkah lagi, sedikit demi sedikit. 
Kalau lelah, berhenti dulu, nanti kita sambung lagi. 

Untuk semua salah, maaf ya. Tak bisa digapai satu satu. 

Maka, Mari kita sama sama bilang 21 Juni 2024, Pemba Pamit. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

makasi udah baca ceritanya kak ega.. please give ur comment and let me know who you are.. sekali lagi makasi kawan :)